Latest Image :
Recent Images

Si “Maskot” Raja udang meninting di Ragunan



Hari minggu pagi yang cerah 9 desember 2012, kami (fadil, rois, maulya) anggota KPB Nectarinia  yang ikut dalam project survey burung endemik Jakarta (jalak putih & bubut jawa) pagi itu memilih lokasi survey di Kebun Binatang Ragunan (Red, Ragunan), Lokasi wisata yang terletak di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan itu cukup mudah untuk dijangkau dari kampus kami UIN Jakarta yang berada di daerah Ciputat, Tangerang Selatan.  Ragunan sebagai ruang terbuka hijau telah diketahui menjadi salah satu tempat habitat burung-burung liar di kota Jakarta selain kawasan Monas, Suaka Margasatwa Muara Angke dan yang lainnya.
Ada beberapa burung-burung liar yang mudah dijumpai dikawasan Ragunan ini seperti  burung gereja, burung perkutut, burung betet, burung kakak tua, burung kutilang dan  burung lainnya, walaupun hari itu kami tidak dapat melihat secara langsung burung yang menjadi target survey  (burung jalak putih & bubut jawa) tapi kami mendapat keterangan dari petugas ragunan dan warga sekitar yang biasa mancing di danau belakang ragunan bahwa burung jalak putih masih terlihat disekitar kawasan ragunan tersbut sementara burung bubut jawa tidak pernah terlihat.
Selain menjumpai burung liar yang mudah dilihat kami juga menjumpai “Si Maskot” burung Raja udang meninting  (Alcedo meninting) yang memiliki ukuran tubuh sekitar 15 cm, dengan warna bulunya yang menarik pada tubuh bagian atas berwarna biru terang/metalik sangat kontras dengan bulu pada tubuh bagian bawahnya yang berwarna merah-jingga terang, ciri lainnya adalah iris mata coklat, kaki merah dan paruh kehitaman yang ukurannya relatif panjang sebagaimana burung air lainnya,
Burung yang dalam bahasa inggrisnya Blue-eared Kingfisher ini, memiliki pergerakan yang sangat lincah dalam mencari makan, makanannya berupa ikan kecil,serangga air, larva capung dan kumbang. Menyelam sangat cepat saat menangkap mangsa lalu dibawa ke tenggeran (ranting pohon) untuk dimakan. Di ragunan burung ini biasa ditemui didaerah perairan di sekitar danau yang mengelilingi sarang siamang.(fdl)

Foto dan Artikel Oleh:
Fadilla Anwar(anggota KPB Nectarinia UIN)

Perenjak Jawa (Bar-winged Prinia)





Perenjak Jawa

Bar-winged Prinia Prinia familiaris (Horsfield, 1821)

Deskripsi
Kecil (13 cm), berwarna zaitun. Ekor panjang dengan garis sayap putih khas serta ujung hitam-putih. Tubuh bagian atas coklat-zaitun, tenggorokan dan dada tengah putih. sisi dada dan sisi tubuh abu-abu, perut dan tungging kuning pucat.
Iris coklat; paruh atas hitam, paruh bawah kekuningan; kaki merah jambu.

Suara
Kicauan keras “cwuit-cwuit-cwuit” dan cicitan tanda bahaya “hii-hii-hii“.

Tempat hidup dan Kebiasaan
Ramai dan kadang dalam kelompok kecil. Berburu di sekitar permukaan tanah sampai puncak pohon. Menghuni hutan mangrove dan habitat sekunder terbuka, terutama kebun dan taman sampai ketinggain 1500 mdpl.

Status
Daftar merah IUCN : Resiko Rendah (LC)
Perdagangan Internasional: –
Perlindungan: –


Sumber: http://www.kutilang.or.id/

Elang-alap nipon (Japanese Sparrowhawk)




Elang-alap nipon
Japanese Sparrowhawk Accipiter gularis (Temminck & Schlegel, 1844)
Deskripsi: Berukuran kecil 27 cm), sangat mirip elang-alap besra dan Elang-alap jambul, tetapi terlihat lebih kecil dan gesit. Jantan dewasa: tubuh bagian atas abu-abu, ekor abu-abu dengan beberapa garis melingkar gelap, dada dan perut merah karat pucat dengan setrip hitam sangat tipis di tengah dagu, setrip kumis tidak jelas. Betina: tubuh bagian atas coklat (bukan abu-abu), bagian bawah tanpa warna karat, bergaris-garis cokalt melintang rapat. Dada remaja: lebih banyak coretan daripada garis-garis melintang dan lebih merah karat. Iris kuning samapi merah, paruh biru abu-abu dengan ujung hitam, sera dan kaki kuning-hijau.
Suara: Pekikan keras (kadang-kadang).
Tempat Hidup dan Kebiasaan: Berburu di sepanjang pinggir hutan, di atas hutan sekunder, dan daerah terbuka. Biasanya berburu dari tenggeran di pohon, tetapi kadang-kadang terbang berputar-putar untuk mengamati tanah di bawahnya dengan cara terbang “kepak-kepak-luncur” yang khas. Menyerang dengan agresif pendatang yang mendekati sarang.
Terutama memakan burung-burung kecil keluarga passerine dan sesekali memakan burung berukuran sedang seperti burung merpati. Juga memakan tikus, kelelawar, reptil, dan serangga.
Biasanya mulai berbiak pada bula Juni di Siberia selatan, sedangkan di Jepang dan Cina lebih awal lagi. Sarang berukuran kecil, disusun dari ranting dan daun. Telur umumnya 2-5 butir, dengan waktu pengeraman 25-28 hari.
Status Daftar merah IUCN : Resiko Rendah (LC)
Perdagangan Internasional: Appendix II, dapat diperdagangkan dengan pengaturan
tertentu.
Perlindungan: PP  No. 7/1999


Sumber: http://www.kutilang.or.id/


Cekakak Jawa (Javan Kingfisher)





Cekakak Jawa
Javan Kingfisher
Halcyon cyanoventris
(Vieillot, 1818) Linnaeus, 1758
Deskripsi
Burung berukuran sedang (25cm), berwarna sangat gelap. Dewasa kepala, coklat tua, tenggorokan dan kerah coklat. Perut dan punggung biru-ungu, penutup sayap hitam, bulu terbang biru terang. Bercak putih pada sayap terlihat sewaktu terbang. Remaja; tenggorokan keputih-putihan.
Iris coklat tua, paruh dan kaki merah.
Suara
Jernih berdering: “cii-rii-rii-rii” atau “cri-crii-crii” dan suara lain yang mirip Cekakak belukar.
Tempat hidup dan Kebiasaan
Tersebar luas dan tidak jarang di lahan terbuka dekat dengan air bersih, sampai pada ketinggian 1000 m di Jawa dan Bali. Telah hilang dari beberapa tempat yang sering dikunjungi. Bertengger pada cabang rendah pohon yang terisolasi atau pada tiang di lahan rumput yang terbuka. Memburu serangga dan mangsa lain. Jarang sekali berburu di atas air. lebih pendiam dibanding cekakak sungai.
Status
Daftar merah IUCN : Resiko Rendah (LC)
Perdagangan internasional : -
Perlindungan : UU No. 5/1990, PP No. 7/1999



Sumber: http://www.kutilang.or.id/

Sikatan Belang (Ficedula wetermanni)



 Sikatan Belang
Ficedula wetermanni
Deskripsi:
Sikatan belang memiliki tubuh berukuran kecil (11 cm). Burung jantan: alis, garis sayap, pingggir pangkal ekor, dan Tubuh bagian bawah putih. Tubuh bagian atas hitam. Burung betina: Tubuh bagian atas coklat keabu-abuan. Tubuh bagian bawah keputih-putihan. Remaja: coklat berbintik kuning kecoklatan. Iris coklat, paruh hitam, kaki hitam. Mencari makan pada semua tingkatan tajuk. Sering bergabung dalam kelompok campuran.
Habitat/Perilaku:
 Burung ini merupakan jenis burung pemakan serangga kecil, lalat, kumbang, ulat, laba-lab dan memiliki habitat di hutan pegunungan, hutan cemara, hutan lumut, tersebar pada ketinggian 1.000-2.600 m dpl.
Burung ini membuat sarang berbentuk cawan, dari lumut dijalin dengan serat halus, pada kanopi. Telur berwarna coklat kekuning-kuningan gelap, jumlah 1-3 butir.



Sumber: http://www.kutilang.or.id/

Sikatan ninon




Sikatan ninon

Deskripsi
Tubuh berukuran sedang (14 cm).
Warna biru-nila gelap. Paling gelap, nyaris hitam di sekitar pangkal paruh. Dahi keputihan, meluas menjadi alis di mata. Dada bawah keabu-abuan, berangsur berubah menjadi keputihan pada perut. Tungging kuning tua (putih di Jawa).
Remaja: dada dan tenggorokan berbercak merah jambu.
Iris coklat-merah, paruh hitam, kaki hitam.
Cukup jinak, mudah didekati. Bertengger rendah dekat tanah. Ikut kelompok campuran.
Makanan: kumbang, larva kunang-kunang, serangga lain, buah kecil.
Habitat/Perilaku
Sarang berbentuk kantung dari lumut, dekat permukaan tanah.
Telur berwarna agak putih, garis bintik-bintik kemerah-jambuan, jumlah 2 butir.
Berbiak bulan Februari-Agustus, Desember.
Suara
 nyanyian berupa seri panjang terdiri dari cicitan "fi-fu-fiu-fi-fii...." yang berdering dan "trrrrrr-tr" keras.


Sumber: http://www.kutilang.or.id/

Kicuit Kerbau Western (Yellow Wagtail)




Kicuit Kerbau
Western Yellow Wagtail
Motacilla flava Linnaeus, 1758
Deskripsi
Berukuran sedang (18 cm), berwarna zaitun atau kecoklatan. Mirip Kicuit batu. Perbedaannya: warna punggung bukan abu-abu, ekor lebih pendek, tanpa garis putih pada sayap, tidak adatunggir kuning yang terlihat sewaktu terbang. Ras-ras bervariasi. Jantan dari simillima (yang umum): mahkota abu-abu, alis putih, dan tenggorokan kuning; taivana: mahkota zaitun (sama dengan warna punggung), alis dan tenggorokan kuning; tshutchensis (jarang): mahkota abu-abu, tenggorokan dan alis putih; macronyx (sangat jarang): kepala abu-abu, tanpa alis, dagu putih, tenggorokan kuning. Bulu tidak berbiak: lebih coklat dan suram (dibandingkan dengan bulu biak), tetapi pada bulan Maret dan April bulu paling berwarna-warni. Betina dan remaja: tungging tidak kuning. Remaja: perut putih.
Suara
Nyaring dan berirama “tswiip” sewaktu terbang.
Tempat hidup dan Kebiasaan
Pengunjung dan migran yang umumnya lewat pada musim dingin di dataran rendah, terutama di pesisir Sunda Besar, termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya. Mengunjungi sawah, pinggiran rawa, dan padang rumput. Sering hidup dalam kelompok yang sangat besar, mencari makan di sekitar ternak dan karbau.
Status Daftar merah IUCN : Resiko Rendah (LC)
Perdagangan internasional : -
Perlindungan : -


Sumber: http://www.kutilang.or.id/

 
Support : Majalah Hayati | HIMBIO Oryza sativa | KPB Nectarinia UIN
Copyright © 2011. GALERI NECTARINIA - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger